Tata surya adalah
suatu kelompok benda antariksa yang berpusat pada matahari dan bergerak
mengedari matahari. Tokoh
yang pertama mengembangkan kosmologi semacam ini adalah Thales dari Miletus
(sekitar 629-555 SM) yang sering disebut sebagai filsuf yunani dan astronom
pertama. Tokoh
lain yang penting setelah Thales adalah Phytagoras (sekitar 580-500 SM). Dialah
yang pertama kali mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti
hukum-hukum yang bersifat kuantitatif.
Tokoh-tokoh yang lain berperan
dalam perkembangan kosmologi yunani kuno adalah Plato, Eudoxus, dan
Aristoteles. Plato berpendapat bahwa lingkaran dan bola adalah bentuk geometri
paling sempurna. Menurut
Eudoxus, setiap planet terletak pada bola-bola konsentris, dan pergerakan
planet bergerak disebabkan rotasi bola-bola ini. Karena laju rotasi dan
kedudukan sumbu rotasi bola-bola ini berbeda-beda, efeknya adalah pergerakan
planet sebagaimana diamati Eudoxus,
misalnya gerak retrograd (gerak maju-mundur) Mars. Aristoteles berpendirian bahwa
bumi merupakan pusat alam semseta dan menjadi titik pusat peredaran benda-benda
langit, seperti matahari, bulan dan planet-planet.
Selanjutnya
Ptolomeus
menjelaskan bahwa sebuah benda langit bergerak melingkari sebuah titik, dan
lintasan benda ini disebut episikel. Menurut Aristrachus, pusat alam semesta bukan bumi,
melainkan matahari. Bumi hanyalah salah satu dari beberapa planet yang
mengitari matahari dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Namun, hipotesis
Aristrachus ditolak oleh Aristoteles dan Ptolomeus yang tetap berpegang pada hipotesis geosentris. Hipotesis
geometris mampu bertahan sampai belasan abad.
Pada abad ke 15 Copernicus
(1473-1543) mengusulkan
bahwa semua benda langit, termasuk bumi, bergerak mengitari matahari dalam
orbit yang berbentuk lingkaran. Pada
tahun 1609 Kepler mendukung gagasan tersebut dengan mengemukakan tiga hukumnya
yang selain menyebutkan bahwa matahari sebagai pusat dari tata surya, juga
memperbaiki orbit planet menjadi elips.
Pada tahun yang sama Galileo menemukan teleskop. Melalui
pengamatan dengan teleskop Ia menarik kesimpulan bahwa yang menjadi pusat tata
surya bukan bumi, melainkan matahari. Penemuan teleskop oleh Galileo tidak
hanya menguatkan paham heliosentris dari Cpernicus, tetapi membuka lembaran
baru dalam perkembangan ilmu astronomi. 5 teori asal usul tata surya yang sudah kita kenal antara lain:
1. Teori
Nebulae atau Nebular Hyphothesis (Kant-Laplace) , Dikatakannya bahwa di
jagad raya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah
kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian
menjadi Matahari. Bagian kabut sekitarnya kemudian berubah menjadi
planet-planet dan satelitnya.Pada waktu yang hampir bersamaan , tanpa ada
komunikasi, seorang ahli Fisika Prancis bernama Pierre Simon de Laplace,
mengemukakan teori yang hampir sama.Dikatakannya bahwa tata surya berasal dari
kabut panas yang berpilin. Karena pilinan itu maka kabut tersebut
membentuk bentukan yang bulat seperti bola raksasa . Semakin kecil bola
tersebut maka semakin cepatlah pilinannya. Akibatnya bentuk bola itu kemudian
memepat di bagian kutubnya dan melebar dibagian ekuatornya. Kemudian sebagian
massa gas di ekuatornya menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk
gelang-gelang.Lama kelamaan gelang-gelang itu berubah menjadi gumpalan padat.
Gumpalan padat itulah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya.
Sedangkan bagian inti kabut itun tetap berbentuk gas pijar yang kemudian kita
sebut matahari sekarang ini.
2. Teori
Planetisimal ( Moulton dan Chamberlin ), Teori ini
menyatakan bahwa matahari yang kita lihat sekarang memang sudah ada sebagai
salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang
lain yang berpapasan dengan matahari tersebut pada jarak yang tidak terlalu
jauh. Sebagai akibatnya maka terjadilah pasang naik pada permukaan matahari
maupun pada permukaan bintang tersebut. Akibat selanjutnya maka sebagian dari
massa matahari tersebut ada yang tertarik ke arah bintang.Pada waktu bintang
itu menjauh, menurut Moulton dan Chamberlin, sebagian dari massa matahari
tersebut jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke
ruang angkasa. Bagian yang terhambur ke ruang angkasa inilah yang dinamakan
planetisimal yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya kemudian
beredar pada orbitnya.
3. Teori
Pasang Surut (Jeans dan Jeffreys), Teori Pasang-Surut yang hampir
sama dengan teori Planetisimal.Jeans dan Jeffreys mengemukakan bahwa setelah
bintang itu menjauh maka massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan
cerutu yang menjolok ke arah bintang. Kemudian sebagai akibat bintang
yang semakin menjauh maka masa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan
gas di sekitar matahari. Gumpalan-gumpalan gas itulah yang kemudian menjadi
planet-planet dan satelitnya yang kemudian beredar pada orbitnya.
4. Teori Bintang Kembar,
Satu lagi teori yang hampir sama dengan teori Planetisimal dan di kemukan
kira-kira pada tahun tahun 1930. Teori ini menyatakan bahwa dahulu memang sudah
ada dua buah bintang kembar. Salah satu dari bintang kembar itu kemudian meledak
dan menjadi berkeping –keping. Karena pengaruh gravitasi bintang yang tidak
meledak maka kepingan-kepingan itu berputar mengelilingi bintang
tersebut. Bintang yang tidak meledak itu kemudian menjadi matahari yang kita
lihat sekarang. Kepingan-kepingan yang berputar mengelilinginya kemudian
menjadi planet-planet dan satelit-satelit.
5. Teori
Awan Debu atau Proto Planet (von Weizsaecker), Teori ini menyatakan
bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Sampai
sekarang ini di alam semesta masih bertebaran gumpalan awan seperti itu. Kurang
lebih 5.000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami
pemampatan. Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke
bagian pusat awan itu kemudian membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin.
Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih sehingga menyerupai bentuk cakram yang
tebal dibagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya.Bagian tengah cakram
ini berpilin lebih lambat daripada bagian tepinya. Parttikel-partikel dibagian tengah
ini saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian inilah
yang kemudian menjadi matahari.Bagian paling luar berputar sangat cepat
sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil.
Gumpalan-gumpalan ini berpilin juga seperti gumpalan bola semula.
Gumpalan-gumpalan ini kemudian menjadi dingin lalu membeku. Gumpalan-gumpalan
yang membeku inilah yang kemudian menjadi planet-planet dan satelitnya dan
beredar pada garis edarnya.
Penjelasan mengenai sistem tata
surya yang pada awal pembentukannya terbentuk dari awan dijelaskan pada Al-Qur'an surat Fushilat : 11
Artinya :
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit
dan langit itu masih merupakan asap (kabut), lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati
(sukarela)".
Melalui ayat
diatas pembentukan tata surya yang dahulunya berupa asap telah disebutkan pada
al-quran jauh-jauh hari sebelum para ilmuan menyebutkan bahwa tata surya
berawal dari asap. Hingga saat
ini, sisa-sisa asap tersebut membentuk bintang dan planet. Dan hal itu
baru terbukti pada saat ini ketika zaman sudah modern, padahal Allah swt sudah
menjelaskan tentang tata surya ini sebelumnya.
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan
keadaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu
langit berupa asap. Bagaimana
keadaan asap itu dan bagaimana hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui
Nya, sekalipun ada yang mencoba menerangkan keadaan asap yang dimaksud, baik
yang dikemukakan oleh pendeta-pendeta Yahudi, maupun oleh para ahli yang telah
mencoba menyelidikinya, namun belum ada keterangan yang pasti yang menerangkan keadaan
dan hakikat asap itu.
Dalam ayat ini,
seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan Nya dari
langit, barulah Dia menciptakan langit dengan segala isinya, termasuk di
dalamnya matahari, bulan dan bintang-bintang yang lain. Tentang pada ayat yang
lain diterangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan
bumi. Karena itu ada sebagian mufassir yang mencoba mengkompromikan kedua ayat
ini. Menurut mereka bahwa dalam merencanakan, maka Allah SWT lebih dahulu
merencanakan bumi dengan segala isinya. Tetapi dalam pelaksanaanya, maka Allah
SWT menciptakan langit dengan segala isinya lebih dahulu, kemudian sesudah itu
baru menciptakan bumi dengan segala isinya.
Setelah Allah
selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, maka Dia
memerintahkan kepada keduanya, "Datanglah kamu berdua kepada Ku, baik
dalam keadaan senang hati maupun terpaksa" Maka langit dan bumi itu
menjawab: "Kami akan datang dengan tunduk dan patuh". Kemudian Allah
bertitah kepada alam langit: "Perhatikanlah sinar mataharimu, cahaya
bulanmu, cahaya gemerlapan dari bintang-bintang, hembuskanlah anginmu,
edarkanlah awanmu, sehingga dapat menurunkan hujan". Dan Dia berkata pula
kepada bumi: "Alirkanlah sungai-sungaimu, tumbuhkanlah tanaman-tanaman dan
pohon-pohonanmu". Maka keduanya menjawab: "Kami penuhi segala
perintah Mu dengan patuh dan taat".
Sebagian ahli
tafsir menafsirkan "Datanglah kamu keduanya menurut perintah Ku dengan
suka hati atau terpaksa" dengan "Jadilah kamu keduanya menurut Sunah
Ku yang telah Aku tetapkan, jangan menyimpang sedikitpun dari ketentuan-Ku itu,
ikutilah proses-proses kejadianmu sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan". Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa Tuhan
memerintahkan kepada langit dan bumi untuk meyempurnakan kejadiannya sesuai
dengan ketetapan yang telah ditentukan, seperti bumi akan tercipta pada
saatnya, demikian pula gunung-gunung, air, udara, binatang-binatang, manusia,
tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. Semuanya akan terjadi pada waktu yang ditentukan
Nya, tidak ada sesuatu pun yang menyimpang dari ketentuan Nya itu.
Dari ayat ini
dapat dipahami bahwa kejadian langit dan bumi itu, mulai dari terjadinya sampai
kepada bentuk yang ada sekarang melalui proses-proses tertentu, sesuai dengan
Sunah Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit akan ada pada
waktunya, dan akan hilang atau musnah pada waktunya pula, sesuai dengan keadaan
langit dan bumi pada waktu itu. Seperti kehidupan akan ada di bumi setelah ada
air dan sebagainya.
Sumber :
Mukti, Agus. 2009. Tata Surya.[online], (http://agusmuktiw.files.wordpress.com/2009/06/tatasurya.pdf, diunduh tanggal 25 Februari 2013).
Djaskarti, Etty. 2005. Tata Surya, [online], (http://www.p4tkipa.net/modul/Tahun2005/SMP/IPBA/Tata%20Surya.pdf, diunduh tanggal 25 Februari 2013).
Anynomous. Tafsir surat Fushilat ayat 11, [online], (http://www.qtesting.16mb.com/quran/detail/surat/41/ayat/11.html, diunduh tanggal 25 Februari 2013)
kita juga punya nih artikel mengenai topik yang kalian bahas sekarang, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
AntwoordVee uitklik di sini untuk download
trimakasih